Relawan Demokrasi Perjuangkan Suara Pemilih Pemula

Tarakan, Kalpress – Indonesia merupakan salah satu negara dengan bonus demografi tertinggi di dunia. Jumlah tersebut terdiri atas kategori usia belum produkftif (0-14 tahun) sebanyak 66,07 juta jiwa, usia produktif (15-64 tahun) 185,34 juta jiwa, dan usia sudah tidak produktif (65+ tahun) 18,2 juta jiwa.

Memanfaatkan hal tersebut, relawan demokrasi tentu tidak mau ketinggalan dalam mengambil peran mengingatkan pentingnya generasi milenial dalam menyalurkan suara politiknya pada 9 Desember mendatang.

Bacaan Lainnya

Saat dikonfirmasi, seorang relawan demokrasi basis pemilih pemula Sri Indah Pertiwi mengungkapkan, saat ini dirinya terus berupaya untuk mengajak pemilih pemula berpartisipasi pada pilgub Desember mendatang. Meski baginya tidak mudah, namun hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya untuk meningkatkan kuantitas demokrasi.

“Alasan saya menjadi relawan demokrasi, saya merasa tertantang mengikuti pemilihan umum ini. Untuk di kehidupan nyata yang saya lihat, untuk menjadi relawan demokrasi tidak mudah. Dan ada tantangan tersendiri. Dimana kita akan memberitahu untuk anak SMA yang mana mereka belum tahu mengenai pemilihan umum ini dan rata-rata untuk pemilih umum ini mereka melewatkan kesempatan memilih. Atau bisa disebut juga golput,” ujarnya, Rabu (23/09/2020).

Indah menambah, dalam upayanya target basis pemilih pemula relawan demokrasi menyambangi sekolah-sekolah SLTA-sederajat yang merupakan penampung suara-suara pemilih pemula.

“Relawan demokrasi tentunya menawarkan 2 cara agar dapat memberikan sosialisasi kepada remaja yang baru memiliki KTP. Meski sosialisasi belum dapat dilakukan, namun pihaknya bersyukur mendapat sambutan baik dari semua sekolah yang dikunjungi.

“Selama pandemi COVID-19 ini, kita menawarkan sistem tatap muka terbatas maupun melalui via zoom. Untuk via tatap muka ini, kami usahakan koordinasi ke sekolah-sekolah di Kota Tarakan untuk mengadakan kegiatan sosialisasi melalui pemilihan umum,” tukasnya.

“Rata-rata dari respon sekolah mengiyakan melakukan sistem tatap muka tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan. Kalau untuk penyuluh basis pemilih pemula itu ada 5 orang,” sambungnya.

Ia mengakui dari pengalaman sebelumnya, tantangan dalam mengajak cukup sulit, mengingat karakteristik remaja yang cenderung apatis terhadap politik. Sehingga relawan demokrasi tentunya menyiapkan strategi khusus untuk mengajak remaja mau mengikuti sosialisasi. (KT/RMA)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *