Oleh : M. Rizky Radhiyya S.M, Wakil Ketua Generasi Muda Nahdlatul
Ulama Kalimantan Utara (GMNU)
Kalpress – Bulan Agustus tahun 2020 menjadi momentum yang spesial bagi rakyat Indonesia dan ummat Islam, pasalnya pada bulan ini terdapat dua momentum besar yakni peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 dan peringatan tahun baru Islam 1442 Hijriah.
Kedua persitiwa ini merupakan peristiwa yang sangat bersejarah dan sangat kaya akan hikmah. Sudah semestinya seluruh rakyat Indonesia merefleksikan kedua persitiwa besar ini dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sehingga benar kiranya apa yang dikatakan Bung Karno pada peringatan HUT RI 54 tahun silam dalam pidato terkenalnya “’Jasmerah’ Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Terutama bagi para kaum muda yang merupakan generasi penerus perjuangan bangsa dan agama.
Secara historis, peristiwa kemerdekaan bangsa Indonesia dan hijrahnya Nabi Muhammad SAW tidak bisa dilepaskan dari peran para pemuda. Dengan jiwa muda yang menggelora dan semangat yang membara, sejatinya para pemuda memang sejak dahulu dikenal memiliki Idealisme sebagai agen perubahan.
Sejarah mencatat bahwa faktor utama terjadinya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah berkat gagasan dari para pemuda. Kala itu para golongan muda seperti Soekarni, Wikana, Aidit, Chairul Shaleh dan sebagainya berpandangan bahwa kemerdekaan yang diraih harus bersifat independen dan diwujudkan secepat mungkin. Sedangkan para golongan tua berpendapat bahwa proklamasi harus melalui PPKI yang merupakan badan bentukan Jepang.
Melihat hal tersebut, pada tangal 16 Agustus 1945 para golongan muda berinistaif menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok agar terhindar dari pengaruh Jepang dan mendesak kedua tokoh tersebut agar segera memproklamirkan kemerdekaan. Alhasil, setelah berdiskusi dan berkompromi, kedua pihak pun sepakat untuk segera memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarni, Jalan Pegangsaan Timur.
Begitu pun dalam kisah hijrahnya Nabi Muhammad saw menuju kota Madinah, ada peran penting yang dimainkan oleh sosok pemuda. Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih berusia belasan tahun merelakan diri untuk menggantikan posisi Nabi di tempat tidur yang mana ketika itu para kaum kafir Quraisy telah mengepung rumah Nabi dan bersiap untuk menangkapnya hidup atau mati. Tentu menarik melihat sikap yang ditunjukkan oleh Ali bin Abi Thalib pada peristiwa tersebut, karena hal itu merupakan bentuk perwujudan keimanan dan keihlasan diri seorang pemuda demi menjaga keberlangsungan syiar Islam.
Di era modern seperti saat ini, tantangan yang dihadapi oleh para kaum muda tentu berbeda dengan apa yang dihadapi oleh pemuda terdahulu. Tantangan hari ini bisa dikatakan jauh lebih berat dan lebih kompleks, karena musuh yang dihadapi tidak nampak di depan mata, mereka bergerak secara massif dan begitu dinamis. Penjajahan tidak lagi dilakukan dengan menggunakan senjata, melainkan melalui pemikiran dan budaya. Jika tidak disikapi secara bijak, maka hal ini akan sangat berbahaya bagi para generasi muda bangsa.
Sebagai contoh, perkembangan teknologi dan informasi di satu sisi memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam mendapatkan kemudahan mengakses informasi secara luas. Akan tetapi disisi lain keterbukaan dan keleluasaan akses informasi juga dapat memeberikan dampak negatif, seperti mudahnya terjadi penyebaran hoax, penyebaran konten pornografi, penyebaran doktrin ajaran garis keras, dan penyebaran budaya luar yang bertentangan dengan nilai-nilai keindonesiaan.
Pada dasarya perubahan yang terjadi merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat dibendung. Meskipun demikian, arus perubahan tersebut dapat diantisipasi dan disikapi secara bijak dengan cara melakukan filterisasi dengan baik. Sebagai generasi muda bangsa Indonesia, filterisasi yang baik mesti dilakukan melalui pemahaman dan pengetahuan mendalam dalam bersikap yang didasarkan pada ukuran nilai-nilai ajaran agama dan pancasila.
Oleh karena itu, pemuda harus menjadi pondasi yang kuat bagi bangsa dan negara dalam memeprtahankan kemerdekaan dari arus penjajahan di era modern. Semangat mengisi kemerdekaan para pemuda harus berjalan lurus dengan semangat berhijrah. Hijrah dalam artian meninggalkan segala sesuatu yang bathil (salah) menuju sesuatu yang haq (benar). Karena sejatinya bagi bangsa Indonesia nilai keagamaan dan nilai kebangsaan merupakan identitas bangsa yang kemudian terwujud dalam Pancasila. Sehinnga ke depan diharapkan tercapailah cita-cita founding fathers bangsa kita yang ingin melihat pemuda-pemudi bangsa yang bangun jiwa-spiritualitas dan nasionalisme-nya dan yang bangun badan-sikap dan etos kerja-nya untuk terwujudnya Indonesia yang Raya.