IRAW vs ZIYAP Semakin Panas

Tarakan, Kalpress – Diumumkannya dukungan PDIP terhadap pasangan Zainal-Yansen, secara otomatis mengubah kondisi persaingan Pilgub di Kaltara. Dengan dukungan tersebut, menutup jalan H. Udin Hianggio atau poros ke tiga maramaikan pilgub Kaltara 2020 mendatang.

Pengamat politik sekaligus akademisi Universitas Kaltara, Aslan S.E.,M.Ec.Dev menjelaskan, dengan dipastikannya 2 kandidat yang bersaing pada pilgub Kaltara, tentunya mengubah atmosfer persaingan. Sehingga menurutnya, dengan pertarungan 2 kandidat saja, maka hal tersebut menimbulkan persaingan lebih sengit daripada persaingan dengan banyak kandidat.

Bacaan Lainnya

“Dengan adanya keputusan mengejutkan PDIP mendukung Zainal-Yansen secara otomatis tidak akan memunculkan kandidat tambahan pada Pilgub Kaltara. Mengingat saat ini yang tersisa hanyalah tinggal 1 partai saja,” ujarnya, Sabtu (29/8/2020).

“Tentu dipastikannya pilgub Kaltara hanya 2 kandidat jika dilihat dukungan partai, maka hal ini membuat persaingan semakin sengit. Mengapa demikian, Mengingat dengan 2 kandidat, suara hanya mengalami perpecahan ke 2 poros. Dengan adanya 2 pilihan saja, tentu pendatang baru memiliki daya tarik lebih besar daripada yang sudah ada. Sehingga petahana harus dapat benar-benar meyakinkan masyarakat dengan kinerja yang sudah dilakukan dan juga dapat mengambil hati masyarakat melalui visi dan misi jika terpilih kembali,” sambungnya.

Dalam kondisi tersebut, tambah Aslan akan cukup menguntungkan kandidat penantang. Hal itu dikarenakan sosok penantang selalu dianggap angin segar yang memberi harapan baru. Selain itu, dengan stigma sosok baru, tentunya menimbulkan rasa penasaran masyarakat dalam mengenal seorang figur tersebut. Sehingga momentum tersebut dapat dimanfaatkan kubu penantang dalam mengambil hati masyarakat.

“Tentu dari kubu penantang, kondisi ini cukup menarik mengingat mereka sosok yang muncul membawa harapan baru. Tentu secara situasi mereka diatas angin, namun jika petahana dapat membuktikan kinerjanya dengan waktu yang tersisa maka hal tersebut juga dapat membuat masyarakat berpikir untuk mengganti pemimpin kaltara. Mengingat, tidak semua pergantian menghasilkan pemimpin lebih baik. Tentu pikiran itu ada, jika masyarakat pemerintahan saat ini sudah berjalan baik,” tuturnya.

Lebih jauh Aslan menjelaskan, meski dukungan partai politik tidak menjamin keberhasilan kandidat yang didukung, namun menurutnya dukungan parpol dinilai cukup berpengaruh terhadap perolehan suara dalam pemilu. Menurutnya, dengan jumlah dukungan yang tidak jauh berbeda, tentunya hal ini menimbulkan persaingan ketat dalam masa kampanye.

“Saya pikir, dari partai pendukung juga berpengaruh terhadap perolehan suara. Meski buka jaminan, tapi harus diakui dukungan partai politik cukup berkontribusi besar dalam perolehan suara. Mungkin melihat kursi saat ini tentu peluangnya fifty-fifty karena kedua kandidat memiliki partai pendukung dengan jumlah kursi tidak jauh berbeda,” terangnya.

Terkait satu partai yang belum menentukan dukungan, menurutnya hal tersebut belum dapat dianalisis cukup jauh. Menurutnya, jika dilihat dari sisi pengaruh kader dan pengaruh situasi politik. Tentu segala kemungkinan dapat terjadi. Hal itu dikarenakan, sejauh ini politik kerap menghadirkan kejutan-kejutan besar disetiap akhir cerita.

“Untuk dukungan Hanura saya belum bisa pastikan. Memang kalau dilihat dari kader, Hanura memiliki kader seorang Udin Hianggio dan kita tahu bersama H.Udin tidak memiliki hubungan cukup baik dengan petahana. Ini bisa saja membuat H.Udin mempengaruhi partai mendukung figur tertentu. Tapi dalam politik, semua kemungkinan dapat terjadi,” jelasnya. (KT/RMA)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *