Tarakan, Kalpress – Guna menyambut perayaan natal dan Tahun baru 2021, Kalpress.com kembali menggelar Focus group discussion (FGD), dalam program Bekesah yang berlangsung pada Minggu (20/13/2020) malam di Simply Coffe, di Jalan Pangeran Antasari Taman Oval Kelurahan Pamusian.
Dalam diskusi, bertema “Ucapan Damai Natal dan Tahun Baru 2021”, salah satunya membahas kontoversi ucapan natal ditengah teriakan perpecahan yang selalu menyinggung toleransi bernegara.
Dihadiri Ketua Organisasi Kepemudaan (OKP). Sebanyak 10 pananggap dari 5 organisasi nampak tenang dalam menuangkan pikirannya. Yang kesemua panelis memiliki pandangan yang sama terhadap kontrovesi tersebut.
“Diskusi pro dan kontra ucapan Natal dan Tahun Baru 2021 masih banyak menimbulkan pertanyaan di Kalangan Masyarakat kita, banyak ancaman kadang muncul bagi umat yang akan menjalankannya, yang bertujuan memecah belah NKRI”. Ungkapan Koordinator Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Kota Jajakan Tarakan, Cabang Samarinda Blassius Selly Ngama.
Sementara itu, perwakilan organisasi Pembebasan Tarakan Arif menerangkan, jika diskusi yang dilakukan cukup bermanfaat dan sangat membuka wawasan mahasiswa terhadap berbagai pandangan dalam bertoleransi.
“Diskusi membuat kami semakin menjungnjung tinggi toleransi, karena pesan diskusi ini tidak hanya tertuju pada agama yang merayakan tapi juga kepada agama lainnya. Agar setiap agama dapat lebih menjaga kondusifitas dalam perayaan agama apapun,” tukasnya.
Hal senada dipertegas, Ketua PC HMI Tarakan Muhammad Nasar, diskusi tersebut cukup bermanfaat dalam menyikapi berbagai pandangan setiap mahasiswa. Ia meyakini jika persoalan pengucapan bukanlah soal dalam keimanan beragama.
“Bagaimana kita menangkap sikap toleransi, menghargai kegiatan-kegiatan keagamaan teman-teman dari luar agama kita bahwasanya kita meyakinkan pengucapan pada perayaan itu tidak menjadi masalah.” Tegasnya.
“Kedua, kami menciptakan kondusifitas di masyarakat. Menjadikan kota Tarakan sebagai wilayah kondusif dengan tidak menimbulkan perpecahan di masyarakat, karena kita umat muslim di Indonesia sangat tidak berhasil menciptakan keamanan dan kenyamanan, jika saudara-saudara Kristiani kita masih merasakan kecemasan saat beribadah” pungkasnya.
Menyambung permasalahan toleransi di Ibu Pertiwi, Ketua PC PMII Tarakan Sakti Abi Mayu mengingatkan, bahwa sebetulnya ajaran-ajaran toleransi antar umat beragama, sudah dikenal sejak zaman Majapahit. Dan dengan adanya relevansi pengajaran toleransi pada kitab Nagarakertagama Majapahit, diharapkan masyarakat Indonesia modern dapat ikut menghayati bagaimana toleransi seharunya berfungsi untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.
“Aset kekayaan yang dimiliki Indonesia adalah masyarakatnya yang sangat banyak dan multikultur. Seandainya masyarakat dapat saling toleran satu sama lain dalam hal apapun, terutama agama, maka akan membangun suatu keuntungan untuk bangsa, itulah yang kita kenal dengan Bhineka Tunggal Ika,”
“Dari Kaltara, Selamat Natal bagi saudara-saudara kita Nasrani, Damai Natal untuk kita semua, untuk Ibu Pertiwi yang kita cintai.” Tutup Sakti. (KTP/RMA)