Pernah lihat? Inilah Kisah Perjuangan Ibu penjual kerupuk dengan Anak di Pangkuan

Ibu dian menjaja kan dagangan dengan dengan anak di Pangkuan

Pernah lihat? Inilah Kisah Perjuangan Ibu penjual kerupuk dengan Anak di Pangkuan

Ibu dian menjajakan dagangannya dengan anak di Pangkuan

Tarakan, Kalpress — Seorang Ibu dari kota Palembang yang merantau sejak 2013 ke kota Tarakan, Kalimantan Utara harus berjuang demi membantu kondisi perekonomian keluarga.

Bacaan Lainnya

Begitu mulia, ia rela berjualan kerupuk di Trotoar jalan Yosudarso dengan seorang anak belia dipangkuan nya. Walaupun dengan membawa anak saat berjualan bukan lah halangan baginya.

Dian Santi namanya, diketahui Ibu yang berumur 32 tahun ini memang berasal dari keluarga kurang mampu. Sehingga, di usianya yang semakin menua harus tetap berjuang untuk mencari uang demi kebutuhan hidup.

“Saya berjualan mulai tahun 2018, saya jual kerupuk cuma di depan Bank Mandiri sama di samping Polres Tarakan ini saja menetap, saya tidak bisa keliling soalnya ada anak kecil (belia)” Ungkapnya saat ditemui Kalpress.id (10/08/2021).

Seorang ibu yang sering disapa Dian ini menambahkan, penghasilan yang tidak begitu banyak digunakan untuk membeli makan sehari-hari, tak lupa pula membeli susu sang anak, mengingat sang anak yang masih usia belia.

“Perhari kalau bersih dari hasil penjualan kira-kira saya dapat Rp 50 ribu, penghasilan nya ini ya di buat beli makan, beli susu anak juga, saya irit aja karna saya pikir untuk bayar kontrakkan saya, dan kadang ada yang beli kesaya duitnya sengaja dikasih lebih.” Sambungnya dengan nada pelan.

Kendati demikian, pedagang yang menjaja makanan di tepi jalan ini lebih ingin menyuarakan sesuatu, berkat hidup yang lebih keras. Dan lebih kerap hanya menjalani hidup demi tidak dikalahkan oleh nasib.

“Kondisi sekarang lagi susah, kita tidak mau juga dikalahkan oleh nasib, masih banyak yang harus dipenuhi dan dibayar, contohnya saya bayar rumah yang saya kontrak, saya nabung-nabung demi kebutuhan ini” Terangnya.

Seorang ibu yang lebih memilih berjuang mendapatkan rezeki ketimbang menjadi murka di jalanan dan berteriak tanpa arah yang jelas. Hebatnya lagi, ia lebih memilih berjualan dibanding harus mengemis apalagi sampai mencuri. Hal ini dirasakanya saat seorang yang berlaku jahat padanya.

“Pernah 2 tahun lalu di jahatin orang dia ngambil keripik pisang, habis itu dia ambil 3 ikat itu kan bayarnya Rp 75 ribu, lalu di gantungin tahu-tahunya orang itu langsung jalan kabur aja katanya nanti saya bayar ujung-ujungnya tidak nongol, jadi dalam hati saya ikhlasin aja” Tuturnya.

Selain itu, secara kasat mata pandemi itu begitu ia rasakan. Barang jualan yang sebelum pandemi laku cepat, namun saat pandemi jarang ada yang membeli.

“Jualannya sekarang di pandemi ini dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore, kalau dulu dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang sudah pulang, namun sekarang saat pandemi begini pulangnya jam 4 kadang juga sampai jam 5”

“Dampak pandemi ini bagi saya yang berjualan keripik ini yah jarang ada yang beli habisnya juga lama jadi banyak menyita waktu juga kan, tidak sesuai biasanya kan kalau jam segini sudah di dalam rumah mandi terus sholat” Pungkas Dian.

Penulis : Herliansyah

Redaktur : Redaksi Kalpress.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *