Sudut Pandang Kaum Marjinal, Mural ‘Tuhan Aku Lapar’ Termuat Dalam Sebuah Film Balada Sepasang Kekasih Gila

Film Balada Sepasang Kekasih Gil. Dok. Ist

Sudut Pandang Kaum Marjinal, Mural ‘Tuhan Aku Lapar’ Termuat Dalam Sebuah Film Balada Sepasang Kekasih Gila

Penulis :

Bacaan Lainnya

Ahmadnurmansyah
Pegiat Literasi

Film Balada Sepasang Kekasih Gila. (Foto: Dok. Ist)

Tarakan, Kalpress — Kalimat dengan huruf kapital berwarna putih mengkilat berukuran jumbo yang belum lama ini sempat ramai diperbincangkan dan sempat terpampang jelas serta diabadikan sejumlah pengguna jalan. Tembok yang berada persis di pinggiran jalan itu bertuliskan ‘Tuhan Aku Lapar’ yang viral di media sosial (medsos) beberapa bulan lalu.

Kini kalimat ‘Tuhan Aku Lapar’ secara tanpa sengaja termuat dalam sebuah film bertajuk Balada Sepasang Kekasih Gila. Film yang di adaptasi dari sebuah novel karya Han Gagas, sudut pandang film yang diambil dari kaum marjinal yang terpinggirkan, selain mengangkat kisah asmara, di film ini juga menghadirkan kisah-kisah satir yang mengkritik kehidupan masyarakat saat ini. Bahwa mereka yang mengaku waras tentu tidak sepenuh dan selalunya waras. Bahkan mereka yang terpinggirkan jauh lebih manusiawi.

Film baru yang dirilis pada tanggal 20 Agustus lalu dalam sebuah platform KlikFilm menceritakan tentang Djarot (Denny Sumargo) dan Lastri (Sara Fajira) sepasang kekasih ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa).

Laki-laki bernama Djarot yang memiliki penyakit kejiwaan. Di Rumah Sakit Jiwa (RSJ), ia kerap mendekam dalam ruang isolasi. Tak berbeda jauh dengan cerita yang berada dalam sebuah novel, Djarot memiliki catatan masalalu yang kelam karena pernah membunuh orang yang menuduhnya komunis serta terus menerus dihina, hingga Djarot sering diperlakukan dengan cara yang tidak baik.

Tak lama kemudian, dalam perawatan di RSJ jiwanya kian membaik dan pada akhirnya ia keluar dan bebas dari RSJ. Namun, Djarot yang tidak memiliki tempat tinggal dan keluarga membuatnya harus kembali hidup terlantar dipinggiran jalan. Kembali di lingkungan masyarakat luas, Djarot sering diperlakukan yang tak wajar lantaran masyarakat menganggap keadaannya sebagai orang dalam gangguan jiwa.

Cuplikan adegan di Balada Sepasang Kekasih Gila. (Foto: Dok. Ist)

Dalam sebuah film, diperlihatkan keadaan Djarot yang kian melemah lantaran kekurangan asupan makan, dan pula badannya yang semakin kotor. Tak ada warung yang menerima nya, ia terus berusaha meminta makanan pada sebuah warung tetapi terus diusir, dalam adegan di perlihatkan pula Djarot mengambil makanan sisa yang sudah dibuang pada tempat sampah.

Kalimat ‘Tuhan Aku Lapar’ dalam sebuah mural yang viral dan ramai diperbicangkan ini muncul dalam sebuah adegan film Balada Sepasang Kekasih Gila. Ketika Djarot yang terenyuh lantaran kelaparan dan terus berjalan tanpa arah sembari mengatakan dan mempertanyakan dimanakah presiden dan dimanakah Tuhan yang memiliki segalanya.

“Raja mana raja? Jika raja pura-pura tidak mendengar presiden pun tak apa. Jika presiden tak mendengar Tuhan pun tak apa. Tuhan kan pemilik segalannya. Dia maha pemurah pasti akan kasih aku makan. Tuhan aku lapar,” katanya.

“Mungkin Tuhan tak mendengar, mungkin Tuhan pergi kegunung-gunung, karena manusia sibuk menyembah pikirannya sendiri,” sambungnya.

Mural ‘Tuhan Aku Lapar’ yang viral di medsos (Foto: Dok. Ist)

Dalam hal ini, Djarot adalah wujud ketidakberdayaan manusia dalam kondisi kemiskinan akut. Ia tak memiliki tempat menyuarakan permintaannya sehingga ia pergi lari ke Tuhan, karena itu pula ia merasa mempunyai pemimpin negara namun keluhan kondisi sosialnya yang tak pernah dilihat dan suaranya tak didengar. Tak hanya itu ia pun tak dianggap di sekililingnya. Hal ini persis bahkan sangat dekat dengan keadaan di lingkungan masyarakat pada saat ini.

Film yang disutradarai oleh Anggy Umbar ini sudah bisa disaksikan di KlikFilm sejak 20 Agustus 2021 lalu. Balada Sepasang Kekasih Gila yang banyak mumuat kritik sosial, dari penguasa dan pengusaha yang semena-mena, hingga termasuk juga kritik sosial kekerasan terhadap perempuan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *