Seniman Tarakan, Anto Gondrong Kampanyekan Prokes Lawan Covid-19 Melalui Karya
Tarakan, Kalpress — Masyarakat Tarakan mungkin sudah tidak asing mendengar nama Adi Setyo Purwanto atau yang sering panggil Anto Gondrong. Pria kelahiran Tuban 7 September 1970 ini sudah lama terjun ke dunia seni. Sering disapa Anto Gondrong, telah aktif menghidupkan dunia seni di Tarakan sejak akhir tahun 80an. Keahliannya dalam melukis sudah dituangkannya di berbagai objek benda seperti kanvas, tembok, pakaian, gelas dan masih banyak lagi.
Anto bercerita, saat pertama kali ke Kota Tarakan bukan disebabkan mengadu nasib atau liburan. Namun, sampainya ia hingga ke Tarakan disebabkan mengikuti tugas orang tua yang ditempatkan berdinas di Kota Tarakan sebagai Tentara. Pertama kali menginjakan kaki di Bumi Paguntaka membuatnya cukup betah, setelah ayahnya selesai bertugas di kota Tarakan dan akan di pindah tugaskan ke kota lain, ia memutuskan untuk tetap tinggal dan melanjutkan hidup di Kota Tarakan hingga saat ini.
“Saya menginjakan kaki di Tarakan sekitar tahun 1987. Waktu SPG saya pindah ke sini ikut orang tua yang bertugas sebagai tentara. Singkat cerita, setelah orang tua saya kembali ke Jawa, saya tetap tinggal di sini. Kalau jiwa seninya memang dari kecil, dari belia saya memang menggeluti dunia lukis. Setelah lulus sekolah pun saya tetap menggeluti lukis walaupun sempat ngemper di pinggir jalan sebagai seniman jalanan,”ujarnya kepada Kalpress.id(15/08/2021).
Setelah cukup lama berada di Tarakan ia melihat potensi yang cukup besar dalam mengembangkan bakat seninya, dia bertekat untuk mencoba bertahan hidup dengan mengandalkan keahlian tersebut. Meski menjalani hidup yang yang kurang baik dan harus terlontang-lantung dari emperan ke emperan lainnya dia tetap semangat menjajakan dan menjual karya seni dan jasa lukis kepada orang yang mau, dan tetap semangat untuk bertahan dalam mengeluti dunianya.
“Waktu itu di Tarakan belum banyak senimannya sehingga kami berusaha untuk bisa bertahan hidup di sini. Sebagai perantau saya menjalani kehidupan cukup keras di sini tanpa siapa-siapa untuk bertahan hidup,”tuturnya.
“Sejak saat itulah aktivitas lukis saya berjalan. Soal seni di Tarakan sendiri sebenarnya peluangnya sangat besar. Karena SDMnya sangat kurang. Dari situlah saya mencoba memanfaatkan peluang ini,”sambungnya.
Hingga waktu kian berlalu ia akhirnya sedikit demi bisa mengembangkan usahanya dan mulai sambilan menjalankan suatu bisnis di bidang percetakan. Selain memberikan memberikan kenyamanan, Kota Tarakan juga menjadi sala satu daerah yang mengapresiasi bakat seni dan wirausahanya.
“Saya sadar menjalani hidup sebagai seniman tentu sangat sulit. Oleh karena itu saya mengembangkan saya untuk sambil menjalankan usaha lain,”sambungnya.
Meski awalnya mendapat tantangan keras dari orang tua yang tidak menginginkan dirinya menjadi seniman, tetapi Anto tetap semangat dan yakin ia dapat bertahan hidup tanpa meninggalkan rutinitas seni.
“Semua orang tua kan maunya anaknya paling tidak menjadi penerusnya. Sebetulnya awalnya sempat kecewa juga, kalau jadi seniman mau jadi apa. Tapi saya buktikan kalau berseni itu juga masih bisa hidup,”terangnya.
Sebuah perjuangan pasti akan membuahkan hasil, mungkin kata-kata itu yang pas menggambarkan perjuangan Anto dari sekadar bertahan hidup hingga menghidupi belasan karyawan. Selain seni, dia juga sekarang memiliki beberapa cabang usaha jasa. Disamping itu, dirinya yang semakin lama semakin di kenali yang membuat karirnya di dunia seni semakin menanjak. Puncaknya ia mendapat banyak penghargaan dari pemerintah dalam dunia wirausaha. Dimasa sekarang ini dia juga di percaya menjadi salah satu figur yang berkontribusi memberikan ilmunya kepada beberapa kalangan masyarakat.
“Alhamdulillah atas segala perjuangan yang saya lakukan sejak dulu, berbuah manis. Saya memiliki beberapa cabang usaha selain Galeri seni Untuk saat ini saya juga dipercayakan Kementrian Hukum dan HAM untuk memberikan Pelatihan kepada Narapidana di Wilayah Hukum Kalimantan Utara. Paling tidak kita bisa sedikit memberikan Ilmu dan sumbangsih kepada mereka yang membutuhkan,”tuturnya.
“Dari BI di Kaltara ini pernah menganugerahkan saya sebagai pelaku UKM terbaik tahun 2019. Tentu ini sebuah pencapaian yang membanggakan saya. Adapun juga penghargaan dari Ekonij (Ekonomi Indonesia dan Jerman) saya pernah dapatkan sebagai pelestari Budaya yang ada di Kalimantan Utara. Dan saya juga pernah mendapat UKM terbaik Kota Tarakan yang dianugerahi Telkom Indonesia,”urainya
Pernah Membuat Batik covid-19, dan Mendonasikan Sebagian Hasil Penjualan untuk Pembelian APD
Awal masa pandemi Covid-19 masuk di Kaltara tepatnya di awal tahu 2020 lalu, berbagai kalangan terus berupaya mengkampanyekan Protokol Kesehatan (Prokes) untuk mencegah penularan covid-19. Salah satunya ialah Anto Gondrong.
Berstatus sebagai seorang seniman, ia menyampaikan pesan dan kesan prokes melalui seni lukis batik yang diciptakannya. Pesan tersebut dituangkannya melewati goresan canting dan kuas di kain putih. Selain pandai melukis dirinya juga sangat peka dalam menghadapi setiap persoalan sosial yang ada.
Selalu ada pesan dalam lukisannya, seperti kehadiran Covid-19 yang dirinya abadikan menjadi motif batik. Ia menceritakan ide tersebut datang dari perasaan bosan dan jenuh karena berdiam dirumah untuk mengikuti anjuran pemerintah di awal tahun 2020 lalu.
Menariknya lagi, Anto memaduhkan motif batik yang di sertakan pesan Covid-19 dengan menyesuaikan kultur budaya masyarakat Dayak pesisir dengan warna-warna kuat dan berani yang menggambarkan watak orang Kalimantan yang keras dan tegas.
Di galeri Batik Pakis Asia khas Tarakan miliknya yang berada di Jalan Kusuma Bangsa, Kelurahan Gunung Lingkas, ia mengerjakan seorang diri batik versi covid-19 kala itu.
Harga yang di tawarkan pun bervariasi mulai dari Rp 450 ribu sampai Rp 1,5 juta. Tak heran, jika batik Covid-19 pun banjir peminat di kalangan masyarakat Kaltara maupun daerah lainnya seperti Sumatera dan Jawa. Selain berprofesi sebagai pelukis dia juga sangat peduli terhadap kondisi yang di alami saat ini terbukti dari hasil penjualan batik versi Covid-19 tersebut ia donasikan separuh dari keuntungannya untuk membeli masker atau alat pelindung diri (APD), sehingga dapat membantu paramedis dan masyarakat yang membutuhkan.
“Kalau batik versi covid ini sejak tahun lalu, sebagai seniman batik saya ingin mengabadikan Covid-19 sebagai sesuatu yang pernah menggemparkan dunia. Waktu itu sebagian dari penjualannya kita donasikan untuk membeli bahan baku masker atau APD,”Tuturnya.
Penulis : Herliansyah
Editor : Redaksi Kalpress.id