Tarakan, Kalpress – Setelah tenarnya Alocasia Aglonema dan Monstera, kini tumbuhan jenis Dragon scale atau bunga tengkorak tak mau kalah di dalam persaingan pasar internasional.
Tanaman yang tumbuh di hutan Kalimantan khususnya Kaltara ini, sejak 4 bulan terakhir mulai dicari dan diburu masyarakat untuk tanaman hias di rumah. Bahkan saat ini harga bunga tengkorak naik 2 kali lipat di pasaran sebelum tenarnya bunga eksotis ini.
Salah satu penjual alocasia Nadia mengungkapkan, permintaan tumbuhan alocasia mulai meningkat sejak penghujung tahun 2020 terakhir, bahkan pemesanan bunga khas Kalimantan tersebut tidak hanya datang dari pasar lokal namun juga datamg dari negeri Gajah Putih Thailand.
“permintaannya datang dari berbagai wilayah di Indonesia, sekarang lagi banyak permintaan, bahkan ada yang pesan dari Thailand. Cuma biasanya yang repot urus izin pengirimannya,” ungkapnya, (21/02/2021).
Dijelaskannya, Dragon Scale cukup banyak di hutan Kaltara. Bahkan hampir seluruh rumah di kaltara yang memiliki tanaman juga memiliki tenaman tersebut. Sehingga bagi warga Kaltara, tumbuhan ini cukup umum menjadi hiasan di teras rumah.
“Kalau orang Tarakan ini tidak asing lagi, bahkan mungkin setiap rumah punya keladi tengkorak. Kalau Pengiriman hanya sekali sehari, kadang 500 pcs, kadang 400 pcs, kadang seribu pcs pernah sekali kirim keseluruh Indonesia,” bebernya.
Ia menambahkan, untuk harga satu alocasia per pcs atau batang, rata – rata Rp 40 ribu untuk jenis dragon scale warna hijau, sementara untuk tengkorak silver harganya rata – rata Rp 80 ribu.
“Silver Rp 80 ribu – Rp 100 ribu bahkan bisa lebih dari seratus ribu jika sudah jadi, warnanya (daun) betul – betul sudah silver, kalau belum jadi bisa lebih murah,” ujarnya.
Jual beli alocasia menggunakan sistem online, untuk jasa pengiriman melalui karantina ditanggung oleh penjual namun untuk ongkirnya ditanggung oleh pembeli.
Saat ini alocasia jenis tengkorak silver kosong karena harganya mahal selain itu karena alocasia tumbuh didalam hutan dan biasanya berada di tebing-tebing.
“Tumbuhnya kan di hutan dan berada di tebing, kalau hujan tidak ada yang berani mengambil,” pungkasnya. (KT/RMA)