Tarakan, Kalpress – Maraknya dampak negatif dari penggunaan Gadget terhadap anak-anak dan orang dewasa, mendapat perhatian masyarakat. Mengapa tidak, gadget telah menjadi kebutuhan utama manusia di abad 21 ini.
Sehingga sebagian besar orang sulit menghilangkan kebiasaan bermain gadget pada anak khususnya game virtual selama pandemi COVID-19 ditambah lagi dengan aktifitas belajar di rumah.
Saat dikonfirmasi, Psikolog Anak Kaltara Fanny Sumanjouw menerangkan setiap harinya 60 anak-anak dan remaja pertahun mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan game virtual memalui gadget tersebut. Di masa pandemi COVID-19, menurutnya, jika hal tidak menjadi perhatian khusus maka akan berimbas pada melemahnya generasi penerus dalam mengembangkan bakatnya.
“Seperti yang dilansir media di Bogor. Maraknya fenomena dampak gadget ini hampir 60 anak-anak dan remaja pertahun telah masuk ruang rehab jiwa. Memang benar-benar miris terdengar. Jadi sebenarnya orangtua sudah harus dapat mengantisipasi agar gangguan jiwa yang harusnya mayoritas dialami oleh orang dewasa tidak terimbas ke anak-anak,” ujarnya, (23/01/2021).
Ia menuturkan, seharusnya orangtua tidak memperkenalkan anaknya kepada gadget sejak dini. Karena menurutnya, pemikiran anak dalam usia dini yang belum matang membuat fokusnya mudah teralihkan oleh sesuatu hal yang lebih menarik. Akibatnya, ia sulit menerima hal apapun karena ingatannya telah dipenuhi oleh hal sebelumnya.
“Diawal masa keemasan, kalau kita sudah memberikan gadget, maka pengajaran konvensional akan mental akan sulit menerima materi baru. Dalam artian, materi baru sulit tertangkap oleh kognitifnya. Karena sudah kepenuhan dengan media animasi yang full colour dan lebih menarik daripada membaca buku yang monochrome yang gambarnya hitam putih,” tukasnya.
Dijelaskannya, waktu yang tepat untuk memperkenalkan anak kepada Gadget idealnya berusia di atas 12 tahun. Menurutnya, gadget juga dapat dimanfaatkan untuk belajar dan menambah wawasan untuk pengguna yang lebih siap memanfaatkan keunggulannya.
“Seyogyanya, anak-anak diperkenalkan gadget setelah akil balik. Karena usia SMP ke atas, anak sudah mulai memakai gadget dalam membantu pola belajar mandiri. Itu pun, harus dengan pengawasan yg ketat. Jadi kalau masih dibawah usia 12 tahun atau sepantar usia TK dan SD, sepertinya kurang tepat. Karena pola pikir mereka masih sangat polos dan banyak ruang yang belum terisi,” jelasnya.
Lanjutnya, dalam mencegah dan menyembuhkan anak dari kecanduan gadget. Para orangtua, dianjurkan memberikan waktu luang bersama keluarga guna membangun emosional bersama anak. Selain itu, langkah selanjutnya ia dukungan kepada anak dalam penyaluran hobi. Hal tersebut dimaksudkan memperkecil ketertarikan anak dengan pengunaan gadget
“Perbanyak aktivitas di luar rumah yang menarik sesuai dengan hobi dan kesukaannya. Dengan begitu, kecanduan gadgetnya perlahan akan hilang. Lalu siapkan waktu ekstra khusus untuk membangun keterikatan emosi bersama anak melalui komunikasi aktif dan menemani hari-hari anak kapan pun. Baik itu jalan-jalan, bermain dan belajar bersama,” Tutupnya. (KT/RMA)