Tarakan, Kalpress – Tentu kita semua pernah menonton serial Kartun Doraemon di layar kaca. Jika, Doraemon memiliki kemampuan mampu mengeluarkan berbagai benda ajaib dari kantongnya karena tuntutan keadaan, hal serupa juga dilakukan Faizan (56) warga Jalan Gajah Mada RT. 04 Kelurahan Karang Rejo Kecamatan Tarakan Barat.
Pria kelahiran Surabaya 1962 ini, mampu menciptakan berbagai alat dari kondisi kesulitan yang dialaminya. Tidak tanggung-tanggung Faizan juga dapat menyulap sampah plastik menjadi 4 bahan bakar yang paling dibutuhkan manusia sehari-hari. Penasaran? Yuk simak kisahnya.
Berawal dari keprihatinan yang terjadi sekitar 13 tahun lalu, Faizan yang bermukim di kawasan pesisir awalnya merasa sedih melihat lingkungannya terdapat banyak sampah plastik dan sampah sisa makanan. Meski saat itu ia masih menjabat sebagai RT, namun ia tidak bisa berbuat banyak untuk menanggani sampah tersebut.
“Sebelumnya saya kan RT di sini. Sebelumnya saya lihat daerah ini sangat kumuh. Waktu itu saya berpikir bagaimana kalau sampah ini bisa diolah. Sebenarnya untuk basic sendiri saya tidak punya ilmu ini. Tapi saya menciptaka eksperiman murni dari sikap spontanitas melihat keadaan,”
Kreatifitas mulai merasuk ke dalam dirinya setelah ia mendapat pelatihan dalam menangani sampah plastik untuk didaur ulang menjadi pupuk kompos tahun 2006. Bermodal ilmu dalam pelatihan pembuatan pupuk tersebut, ia tidak merasa puas. Karena ia merasa pupuk tersebut masih mengeluarkan bau tidak sedap. Sehingga seiring waktu berjalan ia berhasil menemukan cara untuk menghilangkan bau sedap tersebut melalui eksperimennya.
“Tahun 2006 ada tawaran dari salah satu LSM jerman nama LSMnya Burda. Waktu itu menawarkan ke daerah untuk bekerjasama membuat pupuk. Akhirnya pemkot Tarakan setuju. Jadi seluruh perwakilan semua kelurahan di Tarakan itu dicari orang yang mau mengelolah kelurahannya masing-masing,” tuturnya kemarin. Alhamdulillah saya mewakili kelurahan saya, akhirnya dapat bantuan LSM bangunan ini. Jadi awalnya kami diajari buat pupuk. Tapi setelah diajari saya rasa kurang maksimal karena pupuknya ini menghasilkan bau tidak sedap. Akhirnya saya kembangkan dan bisa membuat pupuk itu tidak berbau,” ujarnya,(27/12/2020).
Berhasil membuat pupuk ramah lingkungan, akhirnya ia terpikir untuk memanfaatkan sampah plastik yang berserakan di lingkungannya. Bermodalkan logika, akhirnya ia mengumpulkan sampah tersebut dan mencoba melakukan eksperimen untuk membakar plastik tersebut. Melihat plastik yang terbakar meleleh dan cairan menyerupai minyak, akhirnya ia terpikir untuk membuat alat sederhana dari kaleng untuk dapat memanfaatkan cairan dari bakaran plastik tersebut menjadi bahan bakar.
“Setelah bisa buat pupuk, saya berpikir kalau sampah makanan saja bisa dibuat pupuk terus sampah plastik ini mau diapakan. Saya pikir, plastik ini kan kalau di bakar seperti ada minyaknya menetes. Saya tidak tahu kalau plastik ada kandungan minyaknya karena saya bukan orang akademisi. Setelah itu saya coba suling saya buat alat penyulingannya sendiri, eh ada tetesannya.
Setelah berhasil menciptakan alat sederhana, akhirnya pria yang juga mantan pedagang sembako tersebut berhasil mengembangkan alat ciptaannya untuk menghasilkan 4 jenis bahan bakar berbeda.
“Setelah saya bakar tetesannya itu, akhirnya terbakar. Akhirnya saya kembangkan alat itu. Pertama masih solar saja. Setelah itu pipanya saya tambah kemudian akhirnya jadi minyak tanah terus saya tambah lagi panjang pipanya akhirnya jadi bensin dan terakhir gas,” terangnya.
Ia menerangkan, untuk membedakan 4 jenis bahan bakar tersebut dirinya hanya mengandalkan logika saja. Meski demikian, hasil kesimpulannya dalam menggolongkan jenis BBM berdasarkan rangsangan api tersebut ternyata sesuai dengan hasil penelitian salah satu profesor Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta belum lama ini.
“Begini, saya membedakan jenis BBM ini dari logika saja, kalau tetesannya ini saya bakar menyambar berarti ini bensin. Kalau yang tidak menyambar tapi agak jernih kalau dipakai dengan sumbuh kompor bagus kalau yang warnanya agak kuning (bensin) sumbuhnya jadi keras. berarti yang jernih ini minyak tanah. Setelah itu saya tes di mesin bisa dan ini sudah dapat pengujian dari profesor UGM ternyata memang betul jenis 4 bahan bakar yang saya golongkan itu,” jelasnya.
Sejauh ini, Faizan tidak hanya menciptakan alat penyuling bahan bakar saja. Namun ia menciptakan berbagai alat yang dibutuhkan manusia dalam aktivitas sehari-hari. Seperti alat pembuat sabun, alat penggiling sabuk kelapa dan alat pembuat bahan bakar padat seperti briket yang identik digunakan oleh TNI sebagai bahan bakar dalam kondisi darurat
“Alat kompos, Penyuling multi guna, alat penggiling sabuk kelapa, alat pencetak briket, alat pembuat sabun dari arang, alat penyulingan limbah plastik ke bahan bakar, alat penjemur ikan asin berbahan bakar plastik,” tututnya.
Selain itu, karya Faizan memang komplit selain menciptakan alat ia juga menciptkan berbagai bahan keperluan yang semua berbahan dasar dari sampah. Seperti sabun, cairan pembersi lumut, cairan pengawet kayu, dan berbagai kerajinan tangan.
“Ada pupuk yang serbuk sama yang cair, sabun, bahan bantal dari sabuk kelapa, cairan pengawet kayu, kerajinan tangan dari serabuk kayu, bahan bakar keras (briket), cairan pembersih lumut, arang pembakaran,”
Dengan kemampuannya menciptakan alat dan banyak temuan kebutuhan tersebut. Salah satu pemerintah jepang pernah mengirimkan beberapa aliansinya untuk menimbah ilmu kepada Faizan. Selain itu Faizan pernah mendapatkan penawaran untuk mempatenkan temuannya oleh salah satu brand namun Faizan menolaknya.
Karena menurut Faizan tujuannya menciptakan alat tersebut hanya untuk membantu banyak orang dan juga dapat mengajarkan generasi muda jika bangsa Indonesia juga dapat menciptakan alat kebutuhan sendiri melalui logika sederhana.
“Saya sempat ditawari saat di Jakarta temuan penganghancur sabuk kelapa dan penyuling multifungsi ini di patenkan. Tapi menolak, karena tujuan sata bukan itu. Saya hanya menciptakan alat untuk membantu oranf sekitar,” pungkasnya. (KT/RMA)