Overcrowded! Warga Binaan Lapas Kelas II Tarakan Kerap Kali Ditemukan Berbuat Hal Tak Terpuji

Yosef

Overcrowded! Warga Binaan Lapas Kelas II Tarakan Kerap Kali Ditemukan Berbuat Hal Tak Terpuji

Kepala Lapas Kelas II Tarakan, Yosef Benyamin Yambise (Foto: Kalpress.id)

Tarakan, Kalpress — Saat ini kejahatan narkotika merupakan kejahatan yang Exstraordinary Crime dan menjadi kejahatan yang terorganisir lintas kota, provinsi, bahkan negara serta menjadi ancaman serius karena dapat merusak sendi-sendi kehidupan suatu bangsa.

Bacaan Lainnya

Dikota Tarakan, kerap kali warga binaan Lapas Kelas II Tarakan tersandung kasus jejaring narkotika. Desas-desus kasus mulai dari pengedaran hingga mengkonsumsi di balik jeruji sel. Tentunya hal itu diduga oleh kepadatan ruang lapas yang melebihi kapasitas.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Lapas Kelas II Tarakan, Yosef Benyamin Yambise mengatakan warga binaan yang melebihi kapasitas sangat mempengaruhi, sehingga tidak tepantaunya kondisi pergerakan narkotika.

“Melihat kondisi lapas sudah melebihi kapasitas, sehingga diperlukannya koordinasi yang baik dengan aparat penegak hukum.” terangnya, Sabtu (13/11/2021).

Lanjutnya”Saat ini jumlah warga binaan sebanyak 1.361 tentu berbanding miring dengan jumlah pegawai yang ada,” tambah Yosef

Menurutnya, masalah penyalahgunaan narkotika adalah suatu problematika yang sangat kompleks dan diperlukan adanya dukungan dari semua pihak baik Kepolisian, BNN, Kemenkumham, Bea Cukai, dan sebagainya.

Selain itu, Yosef menyampaikan akan mendukung aparat penegak hukum apabila ada jaringan narkotika yang dikendalikan dari dalam Lapas atau Rutan.

“Razia handphone dan barang lainnya sering dilakukan, namun kembali lagi ke kondisi tembok sel Lapas yang cukup rendah, jadi berpotensi juga. Warga binaan Lapas sering ditangkap mengendalikan peredaran sabu melalui telepon genggam,” ungkapnya

Lebih lanjut, kata Yosef, pihak nya tidak memiliki X Ray Card untuk melakukan scan terhadap barang-barang mencurigakan. Sehingga, diduga handphone juga masuk dari titipan makanan yang biasa keluarga berikan kepada warga binaan.

“Kalau untuk pemeriksaan atau penggeledahan kita lakukan manual, untuk alat scan itu kita tidak punya, jadi kita lakukan manual,” tuturnya

Sementara itu, adapun CCTV pemantau yang dimiliki Lapas juga tak berfungsi semuanya, tentunya sangat mempermudah warga binaan untuk berbuat hal yang tidak baik. Selain itu, dari enam menara pengawas hanya dua yang dapat difungsikan. Hal ini terpaksa dilakukan karena keterbatasan petugas Lapas.

“CCTV kita ada, akan tetapi tidak semua berfungsi, ini dikarenakan keterbatasan anggaran juga,” kata dia

Terakhir, diungkapkan Yosef, dirinya tidak akan memberikan remisi terhadap warga binaan yang selalu membuat kesalahan dan meresahkan petugas. Serta tetap memberikan hukuman yang sesuai kepada warga binaan yang melalukan tindakan tidak terpuji.

“Salah satu syarat remisi adalah berkelakuan baik, jadi tidak akan dapat remisi kalau warga binaan melakukan tindakan tidak terpuji,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Redaksi Kapress.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *