Masih SMA Tahu Apa?, Dinda Bicara Hiruk Pikuk Masalah Sampah ke DPRD

Adinda Rahmadhani saat Rapat Dengar Pendapat Bersama DPRD Tarakan. (Foto: Kalpress.id)

Masih SMA Tahu Apa?, Dinda Bicara Hiruk Pikuk Masalah Sampah ke DPRD

Adinda Rahmadhani saat Rapat Dengar Pendapat Bersama DPRD Tarakan. (Foto: Kalpress.id)

Tarakan, Kalpress — Tak banyak masyarakat yang masih peduli untuk mengupayakan mengurangi masalah lonjakan sampah dari ancaman pencemaran, khususnya sampah Organik dan Anorganik.

Bacaan Lainnya

Memang, sampah organik bersyukur masih bisa terpapar tanah, sampah organik hilang. Sampah plastik, dan tentu yang sangat berbahaya styrofoam sulit bahkan butuh jutaan tahun untuk bisa terurai.

Lingkungan tempat hidup manusia, bukan hanya untuk hari ini tapi beberapa abad mendatang untuk anak cucu. Tanpa sadar, saban hari kita telah menghasilkan sampah dari meja makan, kamar mandi, hingga tempat tidur. Banyak yang abai, dan mungkin sedikit perhatian tertuju pada masalah sampah.

Abai inilah yang terus disuarakan aktivis atau pengiat lingkungan. Adinda Rahmadhani contohnya, seorang remaja yang masih mengenyam pendidikan tingkat SMA.

Siswi kelas XII SMA Muhammadiyah Tarakan itu, mendatangi kantor DPRD Kota Tarakan, dan disambut hangat oleh Ketua Komisi II DPRD Tarakan, Sofyan Hianggio. Serta, dalam giat ini dihadiri pula instansi terkait di lingkungan Pemkot Tarakan.

Dinda mendatangi DPRD kota Tarakan bersama lima rekan seumurannya, bertujuan menghadiri rapat dengar pendapat (RDP) atau hearing, yang tak lain dalam pembahasan hearing tersebut membahas persoalan sampah yang sangat memprihatinkan baginya.

“Hingga detik ini sampah masih menjadi persoalan yang pelik dan kerap menjadi perhatian. Tidak hanya di negeri seluas 1,905 juta km² seperti Indonesia, persoalan sampah sudah menjadi momok mengkhawatirkan bagi masyarakat dunia,” terangnya, Selasa Pagi (12/10/2021).

Pada akhirnya masa depan bisa terselamatkan, jika aktivis lingkungan mendapat sokongan dari semua pihak. Kesadaran timbul pada masyarakat, sebab lingkungan adalah aset sekaligus bahaya jika tidak pandai merawatnya.

Remaja kelahiran Tarakan 2 November 2003, seolah berharap keajaiban sebab takut mimpi buruk pada generasi anak cucu. Sampah nyata ancamannya, bahaya yang dihasilkan tidak hanya satu dua hari, tapi untuk jangka lama.

“Segala upaya mendasar hingga yang paling maksimal telah dijalankan guna menyelesaikan perkara sampah yang tidak juga kunjung usai,” tutur Dinda.

TPA Hake Babu, Kota Tarakan. (Foto: Kalpress.id)

 

Presentase sampah yang tidak terkelola di Kota Tarakan jauh lebih besar dibandingkan daerah lain yang berada di wilayah Kaltara, meskipun Bumi Pagun Taka memiliki daratan yang relatif kecil.

“Sebagai kota dengan luas daratan 250 kilometer persegi, Tarakan merupakan salah satu wilayah penghasil sampah terbesar di Kaltara. Meski memiliki daratan yang relatif kecil namun produksi sampah tidak main-main,” pungkasnya. (*)

Data yang pernah dipublikasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan jumlah rata-rata produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun.

Bila menggunakan asumsi berdasarkan data itu, sampah yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar 0,7 kilogram (kg).

Dikota Tarakan, berdasarkan data Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPA Hake Babu pada Januari 2021, volume sampah rerata sudah mencapai 130 ton per hari.

Penulis: Ahmadnrmansyah
Editor: Redaksi Kalpress.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *