Tarakan, Kalpress – Pasca aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada Minggu 28 Maret 202 lalu, berbagai daerah di Indonesia mulai mewaspadai adanya ancaman teror serupa, termasuk di kota Tarakan.
Letak Tarakan sebagai daerah transit dan dihuni oleh berbagai kultur budaya, membuat Tarakan menjadi wilayah seksi penyebaran paham radikalisme.
Saat dikonfirmasi, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Tarakan, Muhammad Haris mengakui, Tarakan termasuk daerah rentan menjadi sasaran kelompok radikalisme.
“Dengan kerjasama dengan intelijen yang ada, sampai sejauh ini memang kita masih waspadai terus, kita pantau terus. Karena harus diakui sebagai wilayah yang memiliki beragam latar belakang penduduk Tarakan cukup rentan menjadi sasaran paham Radikalisme,” ujarnya, (30/03/2021).
Meski demikian menurutnya jumlah kelompok yang diduga tidaklah besar, pihaknya juga akan terus memaksimalkan pengawasan. Pihaknya tentu membutuhkan kerjasama berbagai elemen masyarakat dalam memberikan informasi.
“Perlu sinergitas perilaku yang baik, terutama pemangku kebijakan itu harus humanis lah dengan masyarakat. Sehingga betul-betul rasa kemanusiaan itu bisa terwujud rasa aman dan damai di Tarakan,” terangnya.
Menurutnya masyarakat tidak dengan mudah terpapar paham radikalisme jika sebagian masyarakat hidup di dalam garis kesejahteraan. Sehingga ia bersyukur sebagian masyarakat Kota Tarakan masih dalam kondisi sejahtera.
“Cuman memang pendekatan tidak polisioner, dengan semata-mata bertumpu pada pengawasan, itu wilayah penegak hukum” Sambungnya.
Haris menegaskan, diperlukan pendekatan budaya (cultural aproach) dengan intensitas dialog, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh tentang pentingnya Indonesia yang aman damai dan tentram.
“Dengan begitu masyarakat tenang mencari rezki, kalau tidak aman maka kemiskinan mengancam masyarakat Tarakan”, tutup Kaban Kesbangpol Tarakan.