Tantangan Bagi Pekerja Sektor Pertanian di Era Pandemi

Penulis : Reski Sapitri
Mahasiswa Fakultas Pertanian UBT

Kalpress - Sektor pertanian adalah sektor primer yang menyediakan kebutuhan pangan dan gizi bagi seluruh manusia. Di atas kertas, selama manusia masih ada, sektor ini akan terus berkembang selama manusia masih perlu makan. Bahkan di tengah krisis sekalipun, permintaan akan terus menerus ada. Apalagi jika terjadi panic buying, maka permintaan akan berlipat dan harga dipastikan akan naik. Seharusnya ini akan menguntungkan petani sebagai produsen. Tapi apakah petani benar-benar diuntungkan?
Tutupnya warung-warung makan, restoran/cafe serta lesunya pasar-pasar tradisional membuat hasil pertanian sulit terjual. Akibatnya harga produk pertanian merosot di tingkat petani. Perlu ada terobosan baru bagi petani dan pedagang agar produknya menjadi laku. Sistem belanja online dan layanan siap antar pesanan dapat menjadi solusi. Selain itu, kerjasama antara petani dan supermarket perlu diperluas mengingat supermarket masih bisa beroperasi. Pemerintah juga dapat berperan dengan membeli semua produk pertanian sebagai stok jika karantina wilayah diberlakukan.

Keterbatasan mobilitas pekerja dan keharusan untuk physical distancing menjadi kendala di sektor pengolahan hasil pertanian. Selain itu, permintaan ekspor yang turun karena perlambatan ekonomi dunia membuat sektor ini mengalami kelesuan. Akhirnya, beberapa pabrik pengolahan harus merumahkan sebagian atau seluruh pekerjanya. Sebagian pekerja terpaksa pulang kampung dan menjadi beban di pedesaan.

Maka dari itu seharusnya aktivitas sektor pertanian terutama sektor pertanian tanaman pangan harus diberi ruang untuk tetap aktif berproduksi, dengan batasan-batasan tertentu, di masa restriksi sosial (PSBB) dengan mempertahankan protokok-protokol perlindungan standar Covid-19. Selain karena karakteristik proses produksi relatif rendah resiko penularannya dibandingkan sektor-sektor lain seperti manufaktur ataupun jasa-jasa. Sektor pertanian juga cakupannya luas sehingga diperlukan kajian lebih detail terkait sektor sub-pertanian apa yang perlu dilakukan relaksasi dan tidak dengan dasar kasus per kasus. Pelaksanaannya, walaupun demikian, harus dipantau secara ketat, karena dalam tahapannya ada beberapa proses produksi yang lebih beresiko. Petani apalagi petani penggarap adalah kelompok rentan dari segi ekonomi, resiko terpapar virus, dan mortalitas akibat terinfeksi virus Covid-19. Antisipasi dan persiapan harus dilakukan matang karena tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat pedesaan yang kurang dibandingkan dengan di daerah perkotaan. Kampanye publik harus lebih masif dan terstruktur, menggunakan metode dan saluran yang paling efektif untuk kelompok sasaran di atas, terutama untuk pembudayaan kebiasaan-kebiasaan yang disyaratkan pada protokol perlindungan standar Covid-19.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *