Tarakan, Kalpress – Masih rendahnya pegiat literasi di Indonesia menyebabkan krisisnya kreatifitas anak bangsa dalam berkarya. Sehingga hal tersebut cukup menimbulkan keprihatinan bagi sejumlah kalangan. Tak terkecuali pegiat sosial maupun tenaga pendidik. Oleh karena itulah, membuat seorang pegiat sosial Enny Asrinawati dan seorang tenaga pendidik Lilis Darliah membentuk Gerakan Sekolah Menulis Nasional (GSMN).
Ketua GSMN Lilis Darliah menerangkan, terbentuknya GSMN baru sejak 20 Juni 2020 lalu. Meski masih seumur jagung dan memiliki jumlah anggota yang minim, namun komunitas ini memiliki semangat besar untuk meningkatkan kegiatan literasi kaum muda.
“Sejak 5 tahun lalu, kita sebenarnya sudah ingin bergerak, namun baru bisa terealisasi tahun ini, yang mana kita ingin meningkatkan aktivitas literasi di setiap daerah, maka dikembangkan komunitas literasi di setiap daerah,” ujar Lilis (11/12/2020).
Ia menerangkan, sejauh ini ia dan rekannya cukup aktif melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk mendorong setiap sekolah agar meningkatkan aktivitas literasi pada siswa.
“Kegiatan kami adalah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, kemudian kami juga melakukan kolaborasi kepada instansi. Untuk sosialisasinya kami sudah melakukan ke banyak sekolah SD, SMP dan SMA, memang belum semua tapi sudah banyak sekolah yang kami datangi,” tukasnya.
“Jadi dengan melakukan sosialisasi ini kami berharap siswa/siswi dapat lebih berani dalam membuat karya. Bukan hanya membaca saja tapi juga berani untuk menulis apapun yang ia suka. Misalnya bercerita kegiatan sehari-hari atau menulis cerita dongeng misalnya,” sambungnya.
Nantinya siswa yang dianggap memiliki karya cukup baik, akan mendapat apresiasi tertentu. Selain itu, pihaknya berencana mengumpulkan semua karya dan mengabungkannya untuk dijadikan dalam sebuah buku yang nantinya dapat dibaca oleh siswa kembali.
“Untuk membuat siswa/siswi termotivasi menulis, kami membuka lomba menulis antologi puisi dan cerpen untuk siswa. Kemudian nantinya kami berencana hasil karya tulis siswa ini dikumpulkan dan kami rangkai menjadi satu buku,” jelasnya.
“Saat ini anggota Gerakan Sekolah Menulis baru 2 orang. Tapi jumlah bukan halangan bagi kami untuk memperjuangkan literasi,” pungkasnya. (KT/RMA).