Seni Ukir Tarakan, Langganan Artis Hingga Tokoh Nasional.

Tarakan, Kalpress – Seni ukir merupakan salah satu jenis seni rupa yang banyak dikagumi masyarakat Indonesia bahkan mancanegara. Hasil karya seni ukir dikenal sebagai ukiran, seni ini memiliki arti sebuah gambar atau pola yang direalisasikan atau diwujudkan pada media seperti kayu, batu, dan media lainnya. Namun, apakah seorang yang menyukai seni ukir pernah memikirkan bagaimana tingkat kesulitan saat proses pengukiran. Tentunya, seni ukir memerlukan tingkat kesabaran dan ketelitian yang sangat besar. Seorang pengrajin seni ukir tentulah tidak lahir atau mendapatkan bakat tersebut secara instan. Perlu proses panjang, keuletan dan sikap tidak mudah menyerah yang harus dimiliki seorang pengrajin untuk dapat menghasilkan karya yang membuat penikmatnya merasa kagum.

Itulah Prinsip yang dimiliki Fatoni pria kelahiran Jepara 4 April 1972 tersebut. Lahir di keluarga sederhana dan hidup di tengah lingkungan pengukir kayu. Membuat Fatoni kecil saat itu sudah akrab berteman dengan pahat dan Palu (amar). Saat anak seusianya lebih senang memegang mobil-mobilan atau mainan robot, Fatoni kecil lebih senang menghabiskan kesehariannya dengan memegang dua benda tersebut. Bahkan bagi Fatoni kecil kala itu, mengukir adalah salah satu kegiatan bermain yang tidak bisa dilewatkan setiap hari. Di bangku kelas 3 sekolah dasar, ia sudah mulai membuat ukiran pertamanya pada sebuah papan kecil sisa potongan meubel di sekitar rumahnya. Dari tangan mungilnya, ukiran demi ukiran berbagai motif ia ciptakan dari mulai motif Bunga, abstrak, hewan, pemandangan alam bahkan ukiran sosok manusia.

Bacaan Lainnya

“Saya mengukir sejak kecil tepatnya kelas tiga SD. Dari kecil memang suka karena tinggal di lingkungan pengukir. Jadi, seni ukir seperti ini memang sudah menjadi makanan saya sehari-hari,” terangnya, (30/11/2020).

Saat berusia 20 tahun ia sudah melanglangbuana ke berbagai daerah di indonesia hanya untuk memenuhi panggilan kerja beberapa tokoh atau orang penting yang ingin menggunakan jasanya seperti Bali, Banten, Lampung, Jakarta, Banjarmasin, medan DLL. Berbagai pejabat publik pernah menggunakan jasanya untuk menghiasi kediaman rumah mereka. Sebut saja Megawati, Budi Karya, Surya Pallo DLL.
Tidak hanya itu, Artis kondang seperti ian Kasella, Inul Daratista dan Ahmad Dani pun pernah mempercayakannya untuk menghiasi rumah yang ia tempati.

“Sudah banyaklah pejabat-pejabat yang pernah memakai jasa saya. Saya tidak bisa menyebutkan semua yang saya ingat yang masih suka muncul di TV saja. Artis juga sudah banyak tapi saya tidak terlalu ingat nama yang saya ingat cuma Inul, Ahmad dani sama siapa itu artis band yang suka pakai kacamata kalau tidak salah namanya Ian Kasela,” terangnya.

Bukan hanya lihai dalam mengukir saja, bahkan ia juga lihai dalam memahat patung. Namun ia tidak terlalu fokus mengembangkan bakatnya tersebut karena sejak kecil ia lebih tertarik dalam mengukir daripada melukis.

“Memahat patung juga bisa, kalau ada job buat patung saya terima tapi untuk jenis patung hewan atau mahkluk lain. Kalau patung manusia saya tidak berani pada bagian wajahnya karena bagian wajah harus sangat detail. Kalau salah kerutan sedikit saja kelihatan sudah beda dengan aslinya,” terangnya.

Menginjakan kaki di Bumi paguntaka adalah pengalaman pertamanya di dunia pengukiran. Kehadirannya di Kota Tarakan tidak terlepas dari ajakan rekan yang bersedia mengajaknya memakai jasanya. Di meubel ukuran 10×15 yang beralamat di Jalan Bismilah RT 19 kelurahan Skip/Kampung satu, ia mengawali karirnya di bumi paguntaka. Meski baru menginjakan kaki beberapa pekan, namun pesanan demi pesanan ukiran sudah banyak diterimanya.
Di Kota Tarakan ini, ia mencoba mengkampanyekan bahwa pintu bekas dapat menjadi kembali berharga jika dihiasi dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya dengan menambahkan ukiran pada pintu bekas tersebut.

” Di sini saya mencoba memperkenalkan masyarakat Tarakan bahwa pintu bekas juga bisa kembali menjadi berharga jika ditambah dengan ukiran. Jadi kalau ada orang yang pintunya rusak dimakan rayap atau sudah warnanya sudah pudar. Kita akan mencoba membuatnya menjadi benda yang mempunyai nilai seni,” terangnya.

Selain mengkampanyekan pemanfaatan pintu bekas untuk menjadi benda bernilai, ia juga mengajarkan jika semua potongan kayu bisa menjadi benda berharga jika dimanfaatkan dengan baik.
Seperti sebuah bekas potongan kayu hasil tebangan warga kampung satu, yang biasanya digunakan sebagai kayu bakar. Ia sulap menjadi kursi dan meja mini dengan bentuk ukiran bunga yang sangat cantik.

“Biasanya kan orang disini sisa kayu tebangan pohon itu dijadikan kayu bakar. Nah disini saya mau memperkenalkan kalau kayu bekas tebangan pohon bisa dijadikan benda berharga. Seperti kursi ini,” tuturnya.

Sementara itu, Gunawan warga RT 53 Kelurahan Karang Anyar seorang yang pernah membawa pintu bekasnya kepada Fatoni merasa pintu bekasnya menjadi barang mewah kembali. Hal tersebut dikarenakan pintu bekas tersebut telah disulap menjadi pintu yang penuh dengan ukiran layaknya pintu istana kerajaan. Sehingga ia kembali menggunakan pintu tersebut.

“Kemarin pintu saya rusak, pas saya mau ganti baru ada orang bilang katanya bagus diukir saja. Setelah saya coba membawanya, akhirnya pintunya berubah menjadi pintu yang bernilai seni,” terangnya.

Fatoni mungkin merupakan potret manusia yang berhasil membuat stigma jika barang bekas dari kayu juga bisa menjadi barang berharga. Selain itu, kehadirannya secara langsung juga memperkenalkan bahwa seni ukir merupakan seni warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. (KT/RMA)

Toko yang membeli ukiran Fatoni

1. Budi Karya     (pengusaha)
2. Ian Kasella     (Artis)
3. Inul Daratista (Artis)
4. Ahmad Dani  (Artis)
5. Megawati      (Politikus)
6. Surya palloh  (Politikus), Dan masih banyak lagi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *