Tarakan, Kalpress – Mungkin sebagian masyarakat Tarakan masih asing mendengar nama Sayed Muhammad Adam Alaydrus, musisi musik etnik ni memang jarang sekali terdengar bahkan terlihat di acara mana pun di Kaltara. Meski demikian, pria asli Tarakan ini merupakan seorang musisi etnik yang aktif bermain di acara musik Internasional. Sebut saja Kazakstan International Tourism Fair (Kazakstan), Maintenon festival musiques et danses du monde di Prancis dan Indonesian cultural night at kazmedia di Kazakstan. Itu merupaka sebagian kecil festival musik yang pernah diramaikan oleh musisi berambut gondrong tersebut.
Adam sapaan akrabnya menuturkan, kecintaannya terhadap alat musik Sape dan gambus sejak kecil, membuatnya terinspirasi menciptakan alat musik baru untuk dimainkannya. Setelah setelah menguasai beberapa macam alat musik petik tradisional, akhirnya ia menciptakan alat musik petik sendiri yang diberi nama Indulung.
“Sejak dulu saya memang senang main alat musik hampir setiap hari memegang alat musik. Apalagi di rumah, bermain alat musik ini sudah menjadi budaya kami jadi memang setiap hari dimainkan. Jadi sekitar tahun 2003 saya coba-coba membuat alat musik jenis baru namanya Indulung alat musik ini jenis petik hampir mirip seperti gambus atau sape,”ujarnya.
“Kalau band ada audisi atau festivalnya sedangkan misik ethnik ini masih jarang di Indonesia. Oleh karena itu, sebenarnya butuh perjuangan juga untuk memperkenalkan alat musik ini,”sambungnya.
Setelah waktu berjalan dan ia telah mahir memainkan alat musik ciptaannya tersebut, akhirnya ia memberanikan diri memainkan indulung dalam sebuah acara. Setelah itu, hal itu membuat beberapa penikmat musik tradisional tertarik dan menawarkannya mengikuti sebuah audisi untuk bermain di luar negeri. Namun, siapa yang menyangkah, tawaran tersebut menjadi awal perjalanan Adam unjuk gigi menuju Go International dengan alat musik ciptaannya.
“Awalnya saya cuma untuk bermain di rumah saja, tapi ada seseorang menawarkan saya ikut audisi agar bisa bermain festival musik rakyat di Amerika. Sebelumnya orang ini pernah melihat saya bermain dan dia juga salah satu panitia di audisi itu. Singkat cerita saya lolos untuk bermain di Los Angeles Amerika, dari sana lah saya mulai dikenal,”tukasnya.
Selama bermain dengan Indulung, setidaknya Adam telah menjajal banyak wilayah di Indonesia untuk bermain dalam berbagai acara. Bahkan lebih hebatnya lagi, Adam mengaku lebih sering manggung di Luar negeri daripada di Indonesia. Keren bukan !
“Saya lebih sering main di luar negeri daripada di sini, karena sangat jarang sekali ada festival musik ethnik di sini. Memang ada cuma tidak sesering di sana. Saya pernah manggung di Amerika, Prancis, perbatasan Jerman, Kazakstan, dan Australia. Harus April kemarin saya harus nampil di acara Jazz Day di dua negara yaitu Kazakstan dan Kirgistan,”ucapnya.
Meski demikian, saat ini ia mengaku baru memulai mendokumentasikan perjalanan panggungnya melalui internet. Hal itu atas dorongan yang terdekat yang menyayangkan, Adam tidak terfokus dalam mengabadikan momen pada dunia maya.
“Saya malah jarang eksis di medsos atau youtube. Sekarang ini baru mulai mencoba mempublikasikan musik saya di youtube. Selain itu juga dalam proses mengeluarkan album instrumen dari alat musik indulung ini,”jelasnya.
Ia menerangkan, saat perform ia lebih senang membawakan imstrumen ciptaan sendiri daripada mengcover sebuah lagu. Karena menurutnya, untuk menjadi musisi yang lebih mudah ingat harus meninggalkan kesan dengan karya sendiri daripada mencoba mengelola musik yang sudah ada.
“Musik yang saya bawakan ini musik khas Kalimantan instrumennya saya ciptakan sendiri. Saya lebih senang memainkan instrumen sendiri daripada mengcover musik pada lagu, tapi kalau dalam sebuah acara ada yang merequest cover lagu baru saya cover,”ucapnya.
Ia menjelaskan saat ini dirinya masih dalam proses mempatenkan alat musik ciptaannya tersebut. Sehingga saat ini ia mengaku juga masih dalam proses pengembangan dalam menyempurnakan tekhnis bermain alat musik petik tersebut.
“Indulung alat musik petik. Awalnya terinspirasi dari alat musik petik sejenisnya seperti Sape dan Gambus yang sering aku mainkan. dan akhirnya saya membuat indulung kemudian saya mencoba memperkenalkan ke orang-orang saat manggung,”
“Saat ini masih berusaha untuk pengurusan hak cipta indulung ini. Karena saat ini hitungannya saya masih risetlah karena saya harus membuat menjelaskan bagaimana cara bermainnya dan kunci-kunci yang digunakan. Tentunya ini mesti harus dijelaskan semua termasuk istilahnya,”tuturnya.
Sebagai pemuda asli Kota Tarakan, ia berharap dengan kekayaan budaya yang ada, seharusnya kaum millenial dapat memnfaatkan hal tersebut untuk membuat suatu hal positif dan manfaat daerah.
“Harapan saya kepada generasi millenial Kaltara, agar terus berkarya dan menjadi kreatif. Karena dengan berkarya kita dapat memberikan pengaruh positif bagi diri kita dan orang lain,”pungkasnya. (KT/RMA)