Pengaruhi Kualitas Kerja, Ini Tanggapan Akademisi Soal Gaji Guru Honorer

Pengaruhi Kualitas Kerja, Ini Tanggapan Akademisi Soal Gaji Guru Honorer

Bacaan Lainnya

Tarakan, Kalpress — Jutaan guru honor di Indonesia masih mendapat gaji di bawah kategori layak. PGRI terus memperjuangkan nasib mereka yang mestinya diupah setidaknya setara upah minimum kota/kabupaten.

Akademisi berpendapat gaji guru yang berstatus sebagai tenaga honor daerah maupun honor sekolah semestinya minimal setara dengan upah minimum kota/kabupaten (UMK).

Menangapi hal tersebut, Akademisi Pendidikan Universitas Borneo Tarakan Dr Suyadi M.Ed menerangkan minimnya upah guru honorer sangat berpotensi berdampak besar bagi kualitas penddikan di Indonesia.

“Bagaimana mereka mau maksimal kalau kebutuhannya sehari-hari tidak tercukupi. Seseorang yang bekerja di bawa bayang-bayang kesulitan hidup akan sulit meningkatkan kinerja lantaran ada tanggung jawab lain yang membebani pikirannya, sehingga hal tersebut mempengaruhi kinerja seorang guru karena fokusnya harus terbagi,” ungkapnya, (30/11/2021).

Dijelaskannya, peningkatan kualitas berbagai sektor tidak lahir tanpa adanya jaminan kepada seorang pekerja. Sehingga menurutnya hal itu tidak hanya berlaku pada guru honorer melainkan pada semua profesi.

“Bukan hanya guru honorer, begitu pun dengan profesi lain ketika upah yang diberikan di bawa standar maka hal itu sulit membuat mereka bekerja maksimal. Apalagi menuntut soal kinerja mereka pasti melakukan ala kadarnya. Selama guru honorer masih mendapat gaji tidak manusiawi maka jangan harap kualitas pendidikan kita mengalami peningkatan,”tuturnya.

Kendati begitu, ia mengakui jika upah bukanlah indikator satu-satunya dalam kinerja. Lanjutnya, komitmen dan penjiwaan merupakan salah satu indikator meningkatnya kualitas guru.

“Tapi kembali lagi, tapi itu bukanlah tolak ukur pertama. Sebuah komitmen menjadi hal yang sangat penting. Karena menjadi seorang guru merupakan tugas mulia dan membutuhkan niat yang tulus dalam pengabdiannya. Tapi memang kembali lagi hidup di saat ini juga harus realistis,” bebernya.

“Tuntutan perkembangan zaman kan sangat cepat sehingga guru harus siap mengupdate pemahamannya. Kalau tidak adanya niat dan jiwa Tutwuri Handayani pada seorang guru, maka upah berapa pun hal itu tidak mempengaruhi kinerjanya,” sambung dia

Menurutnya, tanggung jawab guru tidaklah mudah. Guru harus dapat memberikan didikan siswa secara efektif, kognitif daj Psikomotorik. Oleh sebab itu, hal itu bisa tercipta di tangan guru berkualitas.

“Persoalan ini memang sudah menjadi persoalan nasional. Tapi setidaknya pemerintah daerah bisa menjalankan kebijakan khusus untuk membuat kualitas pendidikan di daerah berinovasi, karena tugas seorang guru tidak mudah, guru harus mendidik siswanya 3 aspek yakni efektif, Kognitif dan Psikomotorik. Selama ini saya lihat fokusnya pada kognitif saja,” tandasnya. (*)

 

Editor: Redaksi Kalpress.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *