Dekan FIKES UBT: Kuota Data Internet, Uang Kuliah, dan Pembelajaran Tatap Muka di wilayah PPKM, bisakah diterapkan?

Dekan FIKES UBT: Kuota Data Internet, Uang Kuliah, dan Pembelajaran Tatap Muka di wilayah PPKM, bisakah diterapkan?

Bacaan Lainnya

Tarakan, Kalpress — Resiko learning loss terjadi ketika peserta didik tidak memperoleh pembelajaran yang optimal sehingga berakibat pada kemunduran akademis dan non akademis. Resiko learning loss ini menguat selama pandemi Covid-19, karena kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun di bangku perkuliahan yang terpaksa dilakukan secara jarak jauh untuk menekan penyebaran Covid-19.

Memperhatikan hal tersebut, Sulidah, S.Kep NS M.Kep Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan (UBT) mengatakan, Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam praktiknya menimbulkan kesulitan, terutama bagi peserta didik di daerah terluar, tertinggal, terdepan (3T) yang secara lokasi banyak terdapat di wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“Persoalanya adalah kita diwilayah Kalimantan Utara ini dibatasi dengan kondisi geografis yang sedemikian beragam, sehingga ada mahasiswa yang tinggal di daerah tertentu yang tidak terjangkau jaringan internet, bahkan ada daerah tertentu yang listrik hanya menyala pada malam hari, bagaimana mau mengikuti perkuliah kalau kondisi seperti itu, tentu ini menjadi penghambatan” Jelasnya saat dikonfirmasi Kalpress.id (14/08/2021).

Sulidah, S.Kep NS M.Kep Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan (UBT)

Selain itu, dari segi ekonomi juga ini sebagai penghambat, yang tak lain mahasiswa harus membayar uang perkuliahan serta membutuhkan kuota internet yang cukup untuk mengikuti perkuliahan secara daring.

“Tentu saja itu juga menguras secara ekonomi, karena dibutuhkan kuota yang cukup untuk mengikuti perkuliahan secara daring, karena dari itu sangat diharapkan bantuan dari pemerintah. Khususnya dari Kementrian Pendidikan sangat dibutuhkan bagi mahasiswa maupun dosen” Terangnya.

Kendati demikian, ada beberapa program studi yang perlu diperhatikan kembali dalam pelaksanaan praktik demi memenuhi target kompetensi praktik tersebut.

“Karena ada materi-materi tertentu dalam perkuliahan secara daring itu tidak optimal, ini perlu dipikirkan bagaimana strategi pelaksanaan nya supaya target kompetensinya harus terpenuhi”

“Apalagi ditempat kami di fakultas ilmu kesehatan, yang khususnya program studi diplomatika itukan 60% nya ilmu praktik dan 40% nya perkuliahan, nah bagiamana bisa melaksanakan praktik kalau mahasiswa nya terancam dengan penularan Covid, maka dari pada itu yang kami utamakan kesalamatan mahasiswa dulu, sehingga kami tarik dulu mahasiswa yang praktik, dan kami pikirkan kembali strateginya” Pungkasnya.

 

Penulis : Ahmadnurmansyah

Editor : Redaksi Kalpress.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *