Tarakan, KALPRESS.ID – Dalam rangka menggalang kesatuan dan solidaritas dalam memerangi paham radikalisme dan terorisme. Menara Institut menggelar Diskusi Panel dan buka bersama dengan berbagai komunitas dan organisasi kepemudaan di sebuah kota Tarakan, Rabu (3/4/2024).
Ketua Panitia Menara Institut, Andrie Aristiyan menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya penyebaran paham radikalisme, khususnya melalui media sosial.
“Kami mendatangkan narasumber yang sangat berkompeten, yakni mantan aktivis kelompok radikal-teroris, sekaligus mantan narapidana terorisme bidang IT, yang saat ini berkiprah sebagai penulis, peneliti sekaligus praktisi dibidangnya, yaitu bang Arif Budi Setyawan”, jelas Andrie.
Sementara itu, narasumber Arif Budi Setyawan dalam paparannya, membeberkan pentingnya peran media sosial dalam menyebarkan informasi positif dan mengajak masyarakat untuk lebih kritis dalam menyikapi konten yang beredar.
“Saya sangat menyesal bagaimana keadaan saya dulu, dan setelah berbaiat kembali ke pangkuan NKRI, saya ingin menebus dosa-dosa saya yang telah lampau, dan berkomitmen untuk bersama-sama melawan paham radikalisme yang merusak keberagaman dan perdamaian di masyarakat,” ujarnya
Arif juga menyoroti perlunya edukasi dan pemahaman yang lebih baik tentang agama serta peningkatan kesadaran akan pentingnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama.
“Kita harapkan akan banyak kegiatan positif seperti ini, yang bisa menangkal pemahaman radikal-teroris di kalangan anak muda”, sambungnya.
Dalam diskusi tentang bahaya penyebaran paham radikalisme dan terorisme di media sosial. Arif menyoroti beberapa masalah krusial. Diantaranya media sosial menjadi platform yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan-pesan radikal karena sifatnya yang mudah diakses dan cepat menyebar.
Hal ini memungkinkan para pelaku radikalisme untuk merancang narasi yang mempengaruhi pemikiran orang banyak dengan cepat.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya peran pendidikan dan kesadaran masyarakat dalam menyikapi informasi yang beredar di media sosial. Edukasi yang lebih baik tentang nilai-nilai toleransi, kerukunan, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang agama dapat membantu masyarakat menjadi lebih kritis terhadap konten yang potensial merusak.
Acara dihadiri oleh 60 lebih peserta dari berbagai lapisan pemuda, mulai dari HMI, PMII, IMM, GMKI, LMND dan Seluruh Osis se-Kota Tarakan, yang menunjukkan komitmen bersama untuk mencegah penyebaran paham radikalisme dan terorisme di media sosial yang meresahkan.
Dengan adanya kesadaran bersama dan tindakan yang terkoordinasi, diharapkan masyarakat dapat bersama-sama melawan penyebaran paham radikalisme dan terorisme, menjaga keberagaman, dan memelihara perdamaian dalam masyarakat. (*)